Sering banget denger kata musi, baik itu cerita bahkan sampai lagu sekalipun. akan tetapi tidak tahu secara langsung, seperti apakah Musi itu sendiri.
Suatu malam diakhir pekan, kesampaian juga mengunjungi Musi, terutama di jembatan Ampera. Menikmati makan malam di floating restoran, yang terletak disebelah barat jumbatan Ampera (sesuai perasaan, adanya di sebelah barat jembatan, faktanya belum ngecek, ga bawa kompas waktu itu). Nama resto nya adalah River Side, terlihat sudah banyakmobil berjajar parkir dengan rapih sebelum memasuki pintu masuk restoran.
Masakan yang disajikan ternyata tidak beragam, dengan sistem ala “all you can eat”, hanya tersedia beberapa pilihan, antara lain nasi, ayam goreng rencah, ikan tepung dan syuran tumis sawi. Sementara minuman hanya terlihat air mineral dan jus jeruk. Bertempat di dek lantai 2, segera tanpa basa – basi langsung ambil menu secukupnya, karena ini malam hari, takut untuk makan berlebih, akan menambah perut semakin membuncit saja.
Selesai makan, dengan pedoman bahwa besok harus pulang, tidak ingin menyia-nyiakan waktu dengan hanya duduk nongkrong di resto ini. Selanjutnya keluar dan menusuri tepian suangai Musi yang sudah berjalan aspal dan memiliki taman – taman apik. Banyak terlihat pasangan laki – laki dan perempuan berjalan bergandengan, dan beberapa pedagang kaki lima berjajar ditepi pagar dengan jarak yang seakan – akan sudah diperhitungkan sebelumnya.
Selesai jalan – jalan muter sekitar Jembatan Ampera, baru kepikiran, cara untuk balik ke Hotel (Aston), kalau dikira – kira dengan jalan kaki cukup jauh, coba – coba berterka dengan seorang kawan, kira – kira berapakah tarif Abang Becak untuk mengantar kita dari sini ke Hotel. Perkiraan kita berdua sama, paling 30rebu-an. Setalah tanya langsung dengan abang becak, ternyata dia memberikan tarif 15rebu, tanpa basa – basi menawar, langsung tancap gas mengayuh ke jalan – jalan menuju hotel.
Kepikiran kalau sudah masuk hotel bakal susah cari makanan dan minuman ringan, mampirlah kita ke Carrefour yang lokasi bersebelahan. Ternyata beda banget dengan Jakarta, tidak terlalu ramai, dan hawa juga terasa agak panas untuk ukuran sebual tempat perbelanjaan.
Mengusir penat seharian, setelah terbang 2 jam dari jakarta, dan setibanya di bandara Palembang langsung mampir ke Pempek candy, setelah itu langsung meeting sampai petang tadi. Mencoba untuk memejamkan mata, akan tetapi susah banget, karena sebelumnya telah meneguk minuman ringan capucino yang dibeli tadi. Kira – kira jam 2 pagi, baru deh hilang efek kafein, dan bisa tidur dengan nyaman(cTr).
Leave a comment